MAHAMERU MULTIMEDIA CENTER

Search This Blog

Friday, June 6, 2014

TEACHING FACTORY - MAHAMERU



TEACHING FACTORY
Konsep Teaching Factory merupakan ektensi dari kurikulum sekolah kejuruan pilihan di kota Solo. Setelah pendalaman teori dasar di sekolah-sekolah kejuruan, para siswa senior belajar untuk mengembangkan produk dan jasa dalam kondisi produksi yang sebenarnya. Mereka didukung bimbingan unggul para pelatih berpengalaman dan fasilitas produksi yang mutakhir. Dengan demikian kesenjangan antara kebutuhan praktis dunia industri dan pelatihan teoritis di sekolah kejuruan akan tertutup sehingga meningkatkan peluang karier siswa.
·         TEKNIK REKAYASA PERANGKAT LUNAK
·         TEKNIK PERMESINAN
·         TEKNIK OTOTRONIK
·         TEKNIK PEMBUATAN KAIN
Teaching Factory adalah konsep belajar dalam suasana yang nyata, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah. Teknologi pembelajaran inovatif dan praktek produktif merupakan konsep metode pendidikan berorientasi pengelolaan siswa dalam belajar dalam rangka untuk menyelaraskan dengan kebutuhan dunia industri. (Brosur IGI, 2007).
Dalam arti lain bahwa produksi pembelajaran berbasis keterampilan proses belajar atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur standar dan pekerjaan yang sebenarnya (pekerjaan nyata) untuk memproduksi barang atau jasa sesuai dengan permintaan pasar atau konsumen. Dengan kata lain, barang-barang yang dihasilkan dapat dihasilkan yang dapat dijual atau dapat digunakan oleh masyarakat, sekolah atau konsumen.
Program Pengajaran Factory (TEFA) adalah campuran dari pembelajaran yang sudah ada yang Pelatihan Berbasis Kompetensi (CBT) dan Pelatihan Berbasis Produksi (PBT), dalam arti bahwa proses keahlian atau keterampilan (kecakapan hidup) yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan standar prosedur dan pekerjaan yang sebenarnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar / konsumen.
Dalam arti lain bahwa produksi pembelajaran berbasis proses pembelajaran keterampilan atau Dalam penjelasan pendek adalah belajar mengajar berorientasi Factory dan usaha produksi. Proses pelaksanaan program pengajaran konsep Factory adalah untuk menggabungkan bisnis dan pendidikan kejuruan sesuai dengan kompetensi keahlian yang relevan, misalnya: pada kursus keahlian fashion melalui kegiatan membuat dan menjual pakaian yang dilakukan oleh pelajar
Adapun proses pembentukan struktur manajemen produksi kecil organisasi akan disiapkan di bentuk tanaman struktur organisasi dan keterlibatan siswa yang dilayani dalam jangka waktu satu tahun akan dipandu oleh guru yang bertindak sebagai konsultan assesor produktif, dan fasilitator. Beberapa bagian dari rencana pelaksanaan pekerjaan meliputi: kesiapan ruang produksi dan peralatan dan bahan pendukung, energi penjualan / pemasaran, pembelian personalia, manajer gudang, kasir dan administrasi dan pekerja produksi. Tidak beberapa lembaga pendidikan kejuruan yang selalu berusaha dan bekerja secara optimal dalam memotivasi dan merespon distribusi alumni, baik sebagai pekerja yang mengisi ruang lingkup pekerjaan atau yang membuka lapangan kerja sendiri. Namun, karena kurangnya informasi adalah kendala dengan kesempatan kerja dan kenyataan pahit yang harus diterima di jajaran sekolah yang terletak di daerah jauh dari aktivitas pasar kerja / bisnis.
Sekolah yang terletak di daerah jauh dari aktivitas pasar kerja / bisnis.
Dengan program pengajaran Factory adalah langkah positif yang ditawarkan melalui kebijakan pemerintah untuk mengembangkan semangat pengusaha, dengan harapan bahwa lulusan sekolah kejuruan (SMK) mampu menjadi aset daerah dan bukan daerah beban
Pembelajaran berbasis produksi dalam paradigma lama hanya mempertahankan kualitas produk atau jasa tetapi hasil produksi tidak digunakan atau dipasarkan hanya cukup - mata untuk menghasilkan nilai dalam pengajaran dan pembelajaran.

1.              PROSES APLIKASI TEFA
a.       Pembentukan manajemen TEFA
Dalam proses ini dilakukan adalah untuk membentuk struktur organisasi skala kecil manajemen produksi di dalam kelas sesuai dengan bentuk organisasi yang ada di perusahaan. Di divisi ada mahasiswa yang dilayani dalam manajemen, pemasaran, administrasi, dan produksi (produksi perencanaan dan pemeliharaan dan perbaikan (MR)). Setiap bagian memiliki seorang pemimpin tim yang bertanggung jawab mengkoordinasikan pekerjaan stafnya. Masing-masing memiliki tanggung jawab pada bagian dan tidak boleh terjadi, kesenjangan antara bagian. Guru bertindak sebagai konsultan, asesor dan fasilitator.

b.      Proses produksi
Urutan konsumen atau barang yang akan diproduksi menjadi manajemen untuk berkonsultasi guru sebagai konsultan dan fasilitator, jika itu adalah tetap sesuai dengan perimtaan / standar kualitas dan perintah masuk ke administrasi untuk mengetahui biaya produksi dan keuntungan. Order dan kemudian masuk ke produksi untuk dapat bekerja. Selama proses setiap bagian melakukan pengawasan (kontrol kualitas) dari pekerjaan yang dilakukan untuk menghindari kesalahan. Setelah pembangunan selesai dan kemudian barang-barang diperiksa oleh setiap bagian, untuk kemudian melakukan tahap akhir pengolahan (finishing) dan ditinjau oleh guru sebagai penilai. Jika barang yang sesuai dengan urutan dan tidak ada masalah sehingga produksi dianggap selesai.
c.       Pemasaran atau proses produksi
Barang jadi diperiksa oleh setiap bagian dan kemudian disesuaikan dengan permintaan / standar mutu dan persetujuan konsultan. Departemen pemasaran
menjual produk berdasarkan perjanjian yang disepakati bersama. Pesanan produk yang disesuaikan antara barang-barang kualitas yang diinginkan konsumen terhadap kondisi saat itu, produk tersebut tidak dipasarkan di perintah umum oleh departemen pemasaran. Setiap produk yang dijual harus dilaporkan kepada manajer melalui administrasi.


d.      Evaluasi Proses
Langkah berikutnya adalah untuk mengevaluasi kinerja dari setiap bagian. Guru yang bertindak sebagai konsultan untuk memberikan penilaian sendiri untuk setiap bagian sebelum mengevaluasi bersama-sama untuk kemudian akan digunakan sebagai patokan keberhasilan pekerjaan / kemajuan siswa. Dari penilaian ini dapat diketahui kemampuan siswa dalam melaksanakan tugasnya.
Beberapa tahap di atas adalah deskripsi sederhana tentang penerapan pengajaran yang diadakan Factory sekolah. Pengajaran Factory mengharuskan semua orang yang terlibat untuk bersikap profesional dan bertanggung jawab pada pekerjaan yang ia lakukan, meskipun masih dalam lingkup kecil. Diharapkan ada proses pelatihan dan pembelajaran untuk setiap siswa untuk bekerja dalam situasi nyata.
Dalam hal pendidikan pengajaran Factory mendidik siswa untuk menerapkan apa yang mereka pelajari ketahuai (belajar untuk mengetahui), belajar untuk menerapkan apa yang mereka lakukan (belajar melakukan), dan belajar untuk menerapkan apa yang mereka ketahui dan mereka melakukan hal yang sama untuk kemudian menjadi keterampilan bagi mereka yang dapat membawa mereka untuk hidup dalam masyarakat (belajar untuk hidup bersama).

2.              Faktor Pendukung TEFA
Secara umum, merupakan faktor penting yang menentukan apakah atau tidak program pengajaran di sekolah-sekolah saat ini merupakan faktor sekolah dan guru Factory. Untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK, pemerintah menargetkan 70 persen dari sekolah kejuruan di Indonesia untuk memenuhi standar nasional pendidikan (SNP) dan terakreditasi minimal B.
a. Faktor Sekolah
Sekolah adalah lembaga resmi diperbolehkan untuk melakukan proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Sekolah bersama dengan departemen pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan kebutuhan dunia kerja. Seiring dengan itu datang strategi baru untuk meningkatkan kualitas sekolah, seperti oleh Factory mengajar. Direktorat pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melalui kantor pendidikan yang relevan memberikan bantuan untuk CMS dalam bentuk kemudahan izin untuk melaksanakan pendidikan berbasis produksi dan pengakuan standar kualitas untuk produk yang dihasilkan oleh CMS, selain ke kantor pendidikan juga membantu mengembangkan keterampilan yang berlaku di CMS. Dengan keaktifan sekolah ini memungkinkan Factory mengajar berjalan dengan baik tidak hanya dalam hal pendidikan, tetapi juga dari dunia bisnis
b. Faktor Guru
Guru adalah kelas master selama proses pembelajaran, karena guru adalah orang yang paling berpengetahuan tentang lingkungan saat ini dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan. Pengajaran Factory membutuhkan perhatian serius dari semua pihak yang terlibat untuk tujuan tertentu dapat dicapai. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam hal ini, selain sebagai guru konsultan, penilai dan fasilitator juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengajar para siswa untuk memberikan yang terbaik bagi mereka berdua dalam hal pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan.
Kualitas seorang guru dapat diukur bagaimana tingkat siswa keberhasilan menerapkan apa yang diajarkan guru. Seorang guru yang baik adalah guru yang mampu memaksimalkan potensi siswa mereka, memfasilitasi siswa untuk mengembangkan, dan mampu menciptakan kondisi yang kondusif bagi para siswa merasa nyaman, senang dan tertarik untuk belajar. Pengajaran guru Factory membutuhkan sosok seperti itu, tidak hanya derajat yang diperoleh. Jadi Factory mengajar diharapkan untuk berkinerja baik dan menciptakan lulusan sekolah kejuruan yang berkualitas yang kompeten dan siap untuk bekerja.

Administrasi dan Manajemen Teaching Factory (TEFA)
administrasian dan manajemen merupakan konsep standart dalam pengelolaan sebuah program yang berbasis usaha. Mannajemen akan mengatur dan mengelola dalam bentuk pengawasan, pengendalian, standarisasi, control dan evaluasi. Konsep manajemen yang dibangun utamanya adalah konsep penerapan pelaksanaan program teaching factory di SMK Negeri 2 Karanganyar harus benar-benar memahami target dan penyusunan system dan pelaksanaan pengelolan teaching factory itu sendiri. TEFA bukan haya digunakan sebagai media belajar mengajar namun lebih luas lagi TEFA berfungsi sebagai penjembatan sekolah dengan masyarakat umum tentang program yang dihasilkan sekolah produk  dan hasil kerja sekolah benar-benar dapat dipercaya oleh masyarakat secara umum. Hal ini tentunya akan menjadi nilai tambah bagi sekolah yang telah mengelola TEFA secara baik dengan system manajemen yang baik.
TEFA memiliki kekuatan secara umum bagaimana system entrepreneurship sekolah ditantang untuk  dikembangkan secara maksimal, guru dan seluruh perserta pendidikan dilibatkan seluruhnya untuk terwujudnya system. System ini lah yang akan mengendalikan proses TEFA sendiri setiap orang yang terlibat didalamnya harus memahami produk TEFA, langkah TEFA, rencana TEFA, tujuan dan bagaimana pengelolaannya sehingga langkah-langkah yang dilakukan harus segera dibentuk perencanaan sejak dini tentang  apa, bagaimana, kapan,siapa, dimana, dan mengapa TEFA ini harus dijalankan.
Ada system…. Ya system ini yang mengendalikan mengontrol dan bertanggung jawab
Ada perencanaan…. Ya perencanaan ini yang harus mampu mewakili target-target TEFA secara umum target harus singkron dan sesuai dengan perencanaan baik  jangka pendek, menengah  dan jangka panjang.
Ada SOP…… pelaksanaan (standar operasional pelaksanaan masing-masing program) yang mewakili :
1.       Pengertian Program/produk TEFA
2.       Tugas dan tanggung jawab TEFA
3.       Perencanaan program
4.       Langkah-langkah pemasaran
5.       Langkah-langkah kerja
6.       Prosedur pelaksanan
7.       Standart proses
8.       System evaluasi dan control
9.       Pengadministrasian program
Hal ini lah yang harus dibuat oleh manjemen dan pengelola ketika TEFA akan dijalankan secara baik, system harus dibentuk dulu…..  dan membutuhkan proses dan bersifat terkendali dengan perencanaan.
Siapa yang bertanggungjawab untuk mengelola… ?
Orang-orang yang mengelola TEFA harus memahami TEFA terlebih dahulu harus mengetahui program, perencanaan karena mereka merupakan otak utama dalam system TEFA. Dan TEFA merupakan orang-orang pilihan. Penyelenggara program TEFA harus bertanggungjawab layaknya relawan yang siap dan aktif dalam mengelola, buat struktur organisasi yang jelas dan saling sinergi dan relefan dengan bidang ampuan yang dilakukan pengembangan program TEFA dapat dilihat bagaimana kinerja dan cara kerja pengelolaan masing masing program.
SMK negeri 2 memiliki potensi luar biasa dalam pengembangan TEFA, baik untuk program permesinan, ototronik, Rekayasa perangkat lunak dan pembuatan kain. Tinggal bagaimana program ini akan dijalankan dalam bentu seperti apa, bagaimana menjalankannya, siapa saja yang bertanggung jawab, kapan akan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan strategi pemasaran dan strategi pengelolaannnya.
Bagaimana mengelola TEFA?
Masing-masing program memiliki karakteristik berbeda dengan keunggulan dan produk yang dihasilkan. Terdapat 3 point dalam pengelolaan antara lain
1.       Pengelolaan manajemen yang baik oleh tiap program
2.       Perencanaan dan strategi pelaksanaan yang kreatif, inovatif dan terbarukan/update
3.       Pemasaran yang intens dalam bentuk pemasaran internal dan external
Apakah perlu dibuat administrative dalam pengelolaan .. ?
Ya.. .buat pengadministrasian yang baik mengenai :
·         program pelaksanan TEFA
·         sarana dan sarana apa saja yang mendukung TEFA
·         siapa saja yang terlibat baik internal sekolah maupun external sekolah yang mendukung TEFA
·         standart  operasional untuk tiap program
·         strategi pemasaran yang dibuat secara bersama dan bertanggung jawab

BAGAIMANA SIKLUS MANAJEMEN TEFA HARUS DILAKSANAKAN :
A. Siklus 1 Proses Pembentukan Manajemen TEFA
1.       sebagai contoh membuat dan membentuk struktur organisasi manajemen produksi kecil di tingkat kelas sesuai bentuk struktur organisasi di pabrik yang bertugas selama satu tahun ajaran yang dipandu oleh konsultan (guru pengampu).
2.       Guru dalam konsep pendekatan pembelajaran TEFA bertindak sebagai konsultan dan asesor serta fasilitator. Konsultan dalam posisi disini sebagai tenaga teknis ahli, penilai (asesor) dan juga pemberi order. Fasilitator bertugas memberikan fasilitas atau pelayanan terhadap kebutuhan unit produksi kecil. Pada posisi ini diperankan oleh pihak sekolah dan unit produksi.
3.       Siswa/guru… ? yang dipercaya sebagai manajer bertanggung jawab mengkoordinir manajemen baik bagian administrasi, bagian pemasaran, bagian produksi perencanaan dan juga Maintenance and Repair (MR). Posisi manajer ini bertanggung jawab dan melaporkan hasil pekerjaan kepada konsultan, dan juga fasilitator yang diperankan oleh guru pengampu.
4.       Siswa/guru….? yang menduduki jabatan bagian administrasi, bagian pemasaran, bagian produksi perencanaan dan juga maintenance and repair (MR) bekerja mengelola sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh manajer melalui pekerjaan yang telah disetujui oleh konsultan dan bertanggung jawab langsung pada manajer.
5.       Siswa/guru…? yang menduduki jabatan Bagian produksi bertugas sebagai Quality Control atas hasil pekerjaan dan mengelola bawahannya yang terdiri dari kepala regu.
6.       Kepala regu mengelola manajemen pekerja dan hasilnya yang dilakukan oleh para karyawannya serta bertanggung jawab kepada bagian produksi. Posisi kepala regu ini sangat penting karena pengawasan atas hasil pekerjaan dan juga quality control tingkat bawah yang secara langsung mengecek kondisi lapangan baik bahan ataupun material pelengkap lainnya.
Sebaiknya untuk proses manajemen awal manajemen dikendalikan terlebih dahulu oleh Guru-guru pengampu agar proses pemasaran dan pemahaman tentang TEFA telah dpahami dan berjalan baik.

B. Siklus 2 Proses Produksi
1. Order dari konsumen yang berupa konsep gambar diadministrasikan oleh bagian administrasi dan diserahkan kepada bagian perencana. Hasil dari perencana yang berupa gambar jadi dan juga kalkulasi harga diserahkan kembali ke manajer. Manajer menyetujui dan mengesahkan hasil perencanaan setelah mendapat persetujuan dari konsultan dan faslitator.
2. Hasil perencanaan diserahkan kepada bagian produksi sesuai pesanan. Tugas lain dari manajer adalah menerima hasil penilaian pekerjaan dari bagian produksi dan juga membuat laporan hasil pekerjaan yang akan diserahkan kepada konsultan.
3. Bagian produksi membagi tugas kepada kepala regu untuk mengerjakan pesanan sesuai dengan jumlah karyawan dan bagian masing – masing. Pada proses ini bagian produksi memberikan target waktu penyelesaian pekerjaan. Bagian produksi juga menerima laporan dan penilaian hasil dari karyawan melalui kepala regu. Data penilaian hasil pekerjaan diserahkan kepada manajer.
4. Kepala regu menganalisa pesanan dan memberikan tugas pekerjaan kepada para Bagian produksi, Selama dalam proses produksi ini kepala regu setiap saat mengecek hasil pekerjaan dan melaporkan hasil pekerjaan kepada bagian produksi. Tugas lain dari kepala regu adalah memberikan penilaian hasil pekerjaan yang nantinya dilaporakan kepada bagian produksi. Dan ada standarisasi produk yang dihasilkan menyangkut kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan.

C. Siklus 3 Proses Pemasaran atau hasil produksi
1. Produk barang yang sudah dilakukan quality control oleh bagian produksi dan manajer. Kesesuaian produk barang pesanan dan standar mutu produk harus disetujui oleh konsultan sebelum proses pemasaran.
2. Bagian administrasi mendata kuantitas produk barang sesuai dengan standar mutu yang ada.
3. Bagian pemasaran menjual produk barang kepada konsumen sesuai kesepakatan yang telah disetujui bersama. Apabila dalam bentuk pesanan maka bagian pemasaran menanyakan mutu dan jumlah barang kepada pemesan dan dibuat laporan. Produk barang yang dibuat tanpa ada pesanan maka bagian pemasaran bertugas menjual produk barang itu kepada konsumen.
4. Setiap hasil penjualan harus dilaporkan kepada manajer melalui bagian administrasi.
5. Dalam konsep pendekatan pembelajaran TEFA ini setiap hasil penjualan atas barang yang diproduksi oleh unit produksi kecil dikelola oleh bagian administrasi setelah dikurangi atas biaya listrik dan bahan. Apabila bahan dan perlengkapan lainnya merupakan hasil usaha dari siswa maka hasil penjualan dikurangi biaya listrik dan biaya-biaya operasional lainnya yang nantinya akan menentukan arah pengembangan baik  produk, prize, place dan konsep Marketing.
6. Hasil kegiatan pendekatan pembelajaran TEFA ini muTEFAak menjadi milik siswa dan dibagikan pada setiap akhir kelulusan.
Bagaimana dengan guru program: guru bertanggung jawab untuk terus berinovasi mengembangkan baik manajemen, program dan kemitraan yang akan dibangun. Sehingga semakin sekolah dipercaya maka kualitas dan kuantitas sekolah akan semakin diperhatikan baik oleh masyarakat dan pemerintah.

D. Siklus 4 Evaluasi dan Penilaian
1. Pada proses ini proses evaluasi yang dilakukan oleh konsultan yang juga bertindak sebagai asesor atau penilai.
2. Setiap hasil pekerjaan yang telah dicek kualitasnya diserahkan oleh manajer untuk diperiksa kualitasnya kepada konsultan.
3. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan dinilai oleh kepala regu dan divalidasi oleh bagian produksi.
4. Tahapan penilaian ini kepala regu juga bertindak sebagai asesor bagi karyawan dan bagian produksi bertindak sebagai asesor bagi kepala regu/kepala bagian. Penilaian yang dilakukan oleh kepala regu dan bagian produksi diserahkan kepada bagian administrasi dan dilanjutkan ke manajer.
5. Konsultan atau asesor memberikan penilaian atas hasil kerja manajer dan bagian – bagian lainnya. Pemberian nilai oleh asesor berdasarkan atas kriteria yang ditentukan berdasarkan kompetensi pekerjaan. Nilai yang dihasilkan asesor adalah nilai akhir dari hasil penilaian kepala regu, kepala bagian produksi dan juga manajer.
6. Penilaian yang diberikan kepada siswa adalah penilaian dalam bentuk lembar penilaian kompetensi yang harus diisi setelah job pekerjaan dan standar kompetensi atau keahlian selesai. Dalam penilaian, lembar penilaian kompetensi dibawa oleh siswa dan diberikan kepada asesor setiap melakukan penilaian.
7. Pengumuman nilai dilakukan setiap akhir pekerjaan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Lebih jelasnya siklus dalam penelitian digambarkan dalam bagan alir sebagai berikut :




SIKLUS PENDEKATAN PEMBELAJARAN METODE TEFA  - - - - SIKLUS II
Proses Produksi Dan KBM Produktif
SIKLUS I
Pembentukan manajemen TEFA
SIKLUS III
Pemasaran Hasil Produksi
SIKLUS IV
Penilaian standar kompetensi keahlian
·         Pengelola
·         Proses produksi
·         Manajemen pabrik
·         Daftar nilai per kompetensi
·         Evaluasi hasil
·         Perencanaan
·         Alokasi Waktu
·         Anggaran biaya
·         Administrasi
·         Bagian Pemasaran
·         Hasil produk
·         Sistem pemasaran
Tujuan dari pendekatan pembelajaran TEFA dilandasi oleh tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 (KTSP), pendekatan pembelajaran yang berbasis produksi dan pembelajaran di dunia kerja, dukungan mutu pendidikan dan latihan yang berorentasi hubungan sekolah dengan dunia industri dan dunia usaha menerapkan unit produksi di sekolah. Landasan lain adalah semakin mahalnya biaya bahan praktik siswa, peralatan yang harus terpelihara dalam kondisi standar, motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan bagi warga sekolah serta menimbulkan kepercayaan diri dan juga kebanggaan bagi lulusannya.
Secara umum pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran TEFA ini bertujuan untuk melatih siswa untuk mencapai ketepatan waktu, kualitas yang dituntut oleh industri, mempersiapkan siswa sesuai dengan kompetensi keahliannya, menanamkan mental kerja dengan beradaptasi secara langsung dengan kondisi dan situasi industri, menguasai kemampuan manajerial dan mampu menghasilkan produk jadi yang mempunyai standar mutu industri.
Mekanisme Dalam Menyusun Pendekatan Pembelajaran TEFA
Penyusunan pendekatan pembelajaran TEFA ini dapat disusun dengan tahapan – tahapan sebagai berikut :
a.       Perencanaan pembelajaran yang meliputi konsep kurikulum yang mendukung yaitu pembuatan kompetensi keahlian yang mendukung job pekerjaan. Pembuatan perangkat job sheet dan modul dalam bentuk kompetensi dasar yang sesuai dengan kompetensi dasar keahlian.
b.      Konsultan mempersiapkan dan menentukan kompetensi dan sub kompetensi dasar sesuai dengan job atau pesanan.
c.       Konsultan membuat daftar ketrampilan dari setiap sub kompetensi dari pekerjaan untuk evaluasi hasil pembelajaran.
d.      Konsultan bersama fasilitator membentuk perangkat manajemen pengelola sesuai bidang usaha yang akan dikerjakan.
e.      Konsultan menentukan lokasi dan target waktu yang diperlukan dalam pembuatan produksi yang harus diperhitungkan sesuai dengan alokasi waktu belajar dan disesuaikan standar industri.
f.        Konsultan membentuk organisasi unit produksi kecil dengan tugas dan tanggung jawab masing- masing bagian.
g.       Pengelola unit produksi kecil menerima pesanan dan memproduksi barang sesuai standar yang telah ditetapkan oleh konsultan sesuai tugas dan tanggung jawab masing- masing.
h.      Secara lebih jelasnya dalam menyusun mekanisme pendekatan pembelajaran TEFA dapat digambarkan sebagai berikut :
KOMPONEN
·         Ka. Sekolah
·         Ka. Bidang
·         Ka. Bengkel
·         Guru






KONSEP PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEFA
PERENCANAAN
Aspek KBM yang mengatur pelaksanaan pembelajaran dengan melibatkan unsur Kepala Sekolah, kepala bidang, kepala Bengkel dan guru
·         PEMBUATAN PERANGKAT MANAJEMEN TEFA
Pembentukan organisasi unit produksi kecil ditingkat kelas
·         PERSIAPAN UNIT PRODUKSI KECIL
Mempersiapkan sarana pendukung produksi dan ketersediaan pekerjaan dari pemesan dan pasar melibatkan unit produksi sekolah
·         MELAKUKAN EVALUASI
Melakukan evaluasi pembelajaran terhadap hasil pembelajaran dan standar mutu pekerjaan
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Kendala dan hambatan TEFA yang ada diantaranya:
1.       Ada sebagian siswa yang belum siap terutama untuk mengerjakan job pekerjaan dengan tepat waktu.
2.       Sebagian mutu produk hasil pekerjaan siswa belum terkontrol sesuai standar industri hal ini disebabkan oleh kemampuan siswa yang masih kurang.
3.       Siswa lebih suka pelajaran produktif di bengkel dari pada belajar didalam ruang kelas.
Dari hasil penelitian maka proses pendekatan pembelajaran TEFA (Teaching Factory) adalah perpaduan metode yang sudah ada yaitu CBT (Competency Based Training) dan PBT (Production Based Training). CBT adalah pelatihan yang didasarkan atas hal – hal yang diharapkan oleh siswa ditempat kerja. CBT ini memberikan tekanan pada apa yang dapat dilakukan oleh seseorang sebagai hasil pelatihan (out put) bukan kuantitas dari jumlah pelatihan. PBT (Production Based Training) adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.
Pendekatan pembelajaran TEFA adalah suatu konsep pembelajaran dalam ruangan kelas dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan indusri dan pengetahuan dari sekolah.
Adanya pendekatan pembelajaran TEFA maka etos kerja siswa dalam melaksanakan praktek produktif lebih baik hal ditunjukan dengan adanya peningkatan waktu penyelesaian dan juga kualitas pekerjaan semakin baik.
Dan sebaiknya dalan pengelolaan TEFA :
1.             Agar dalam pelaksanaan konsultan pendekatan pembelajaran dengan TEFA konsultan tidak melupakan unsur pendidikan dan pembelajaran tidak semata – mata mengejar profit oriented.
2.             Pengelola manajemen siswa harus lebih banyak melakukan pelatihan dan pembelajaran secara khusus agar kemampuan dan sumber daya meningkat.
3.             Siswa harus lebih terkontrol dalam belajar agar tidak terlena dengan pembelajaran produktif saja.
4.             Proses pendekatan pembelajaran TEFA ini, guru sebagai konsultan dan siswa sebagai pengelola unit produksi kecil harus sinergi dan selaras agar kemampuan hasil produknya lebih berkualitas.
5.             Fasilitator atau pihak sekolah dengan unit produksi sekolah harus lebih aktif dalam mencari order pesanan.



No comments:

Post a Comment