Secara umum proses pembuatan batik melalui 3 tahapan yaitu
pewarnaan, pemberian malam (lilin) pada kain dan
pelepasan lilin dari kain.
Kain putih yang akan
dibatik dapat diberi warna dasar sesuai selera kita atau tetap berwarna putih
sebelum kemudian di beri malam. Proses pemberian malam ini dapat menggunakan
proses batik tulis dengan canting tangan atau dengan proses cap. Pada bagian
kain yang diberi malam maka proses pewarnaan pada batik tidak dapat masuk
karena tertutup oleh malam (wax resist). Setelah diberi malam, batik dicelup
dengan warna. Proses pewarnaan ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai
keinginan, berapa warna yang diinginkan.
Jika proses pewarnaan dan pemberian malam selesai maka malam
dilunturkan dengan proses pemanasan. Batik yang telah jadi direbus hingga malam
menjadi leleh dan terlepas dari air. Proses perebusan ini dilakukan dua kali,
yang terakhir dengan larutan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada
batik, dan menghindari kelunturan. Setelah perebusan selesai, batik direndam
air dingin dan dijemur.
Pada umumnya para pembatik dapat mendaur ulang sisa malam
yang telah digunakan menjadi malam baru yang dapat dipakai kembali. Setelah
batik dilorod (direbus), maka malam akan terlepas dari kain dan terdapat di
permukaan air. Hal ini terjadi karena malam (lilin) yang merupakan lemak
memiliki massa jenis lebih kecil dari air. Jika air telah dingin maka malampun
akan beku dan dapat diambil.
Diusahakan air yang terbawa seminimal mungkin, kemudian
malam bekas tersebut dicampur dengan BPM (Paraffin/kendal) yang merupakan
sisa/ampas dari pembuatan minyak goreng. Bahan lainnya adalah Gondorukem yaitu
getah pohon pinus. Jika ingin membuat batik dengan motif garis yang sangat
tipis dan halus (ngawat) maka dapat dicampur dengan damar yaitu getah
dari pohon meranti. Semua bahan tersebut direbus hingga larut semua yaitu
sekitar 5-7 jam. Setelah itu malam yang telah jadi dicetak dan siap digunakan.
Kekayaan variasi
batik memang sangat luas. Salah satu jenis teknik pembuatan batik yang cukup
unik adalah batik remukan. Disebut remukan karena proses pembuatan batik ini
telah dimodifikasi, yaitu dengan memecahkan malam pada pola batik yang telah
kering, sehingga pada proses pencelupan warnanya meresap pada retakan malam
yang telah terbentuk, seperti yang terlihat pada contoh gambar
Batik print merupakan salah satu jenis batik yang baru
muncul. Tidak diketahui pasti kapan mulai dikenal, tetapi kini menjadi produksi
batik dengan jumlah paling banyak jika dibanding batik cap apalagi batik tulis.
Teknik pembuatan batik print relatif sama dengan produksi
sablon, yaitu menggunakan klise(kassa) untuk mencetak motif batik di atas kain.
proses pewarnaannya sama dengan proses pembuatan tekstil biasa yaitu dengan
menggunakan pasta yang telah dicampur pewarna sesuai keinginan, kemudian
diprintkan sesuai motif yang telah dibuat. Jenis batik ini dapat diproduksi
dalam jumlah besar karena tidak melalui proses penempelan lilin dan pencelupan
seperti batik pada umumnya, hanya saja motif yang dibuat adalah motif batik.
oleh karena itu batik print merupakan salah satu jenis batik yang fenomenal,
kemunculannya dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin batik karena
dianggap merusak tatanan dalam seni batik, sehingga mereka lebih suka
menyebutnya kain bermotif batik.
Secara kasat mata kita dapat membedakan batik print dan
batik tulis/cap dengan melihat permukaan di balik kain, biasanya kain batik
print warnanya tidak meresap ke seluruh serat kain, dan hanya menempel pada
permukaan kain, sehingga di balik kain masih terlihat sedikit berwarna putih.
Belakangan muncul perkembangan baru pada batik print, dengan
adanya metode print malam.Metode ini dapat dikatakan perpaduan antara sablon
dan batik. pada print malam, materi yang di printkan pada kain adalah malam
(lilin) dan bukan pasta seperti batik print konvensional. setelah malam
menempel, kemudian kain tersebut melalui proses pencelupan seperti pembuatan
batik pada umumnya.
Batik di Indonesia memang selalu mengalami perkembangan yang
cukup signifikan. Pada awalnya hanya terdapat batik tulis yang dikerjakan oleh
para pengrajin wanita menggunakan canting. Sekitar pertengahan abad ke-19,
“canting cap” (biasanya disebut hanya“cap” saja) mulai dikembangkan.
Canting cap merupakan sebuah alat berbentuk semacam stempel
besar yang telah digambar pola batik. Pada umumnya pola pada canting cap ini
dibentuk dari bahan dasar tembaga, tetapi ada pula yang dikombinasikan dengan
besi. Dari jenis produksi batik cap ini, pembatik bisa menghemat tenaga, dan
tak perlu menggambar pola atau desain di atas kain.
Batik cap juga mengalami pekembangan, dengan dikenalnya cap
kayu. Cap yang terbuat dari kayu ini lebih ekonomis dan lebih mudah
pembuatannnya. Pola pada kayu diukir dan dibentuk seperti stempel sama halnya
dengan cap tembaga. Batik menggunakan cap kayu ini dapat dibedakan dari cap
tembaga karena kayu tidak menghantarkan panas sebaik tembaga sehingga malam
(lilin) yang menempel pada kayu lebih tipis, dan hasil pengecapannya yang
terbentukpun memiliki kekhasan tersendiri, biasanya terdapat sedikit warna yang
meresap pada batik karena lilin yang menempel terlalu tipis, sehingga terlihat
gradasi warna pada pola antara pinggir motif dan tengahnya.
Industri pembuatan kain batik, baik skala kecil maupun menengah,
hendaknya menggunakan pewarna alami daripada pewarna tekstil sintetis. Limbah
hasil pencelupan batik dengan pewarna alami dinilai lebih aman dan tidak
menimbulkan dampak pencemaran lingkungan. Alasannya adalah karena pewarnaan
tersebut berasal dari alam, dengan sendirinya zat-zat yang terkandung dalam
pewarna alami dapat mudah terurai. Berbeda dengan pewarna tekstil sintetis yang
sulit terurai di alam, hal ini sesuai dengan perkataan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) DIY, Harnowati,
Limbah dengan pewarna tekstil sintetis akan mencemari
sumber-sumber air warga, baik yang dibuang ke sungai, atau yang dibuang ke
tanah karena akan mudah masuk ke sumur. Dampak pencemaran baru terasa setelah
beberapa puluh tahun kemudian, terutama bagi kesehatan warga, yakni ancaman
kanker atau gangguan pencernaan akibat akumulasi zat-zat berbahaya yang masuk
ke dalam tubuh melalui air minum.
Menurut pantauan Bapedalda DIY, tingkat pencemaran air sungai
maupun air bawah tanah oleh limbah hasil pencelupan batik masih dalam ambang
toleransi. Akan tetapi, pencemaran ini harus diantisipasi sejak awal agar tidak
sampai ke tahap mengkhawatirkan seperti yang terjadi di beberapa sentra batik
di Jawa Tengah, seperti Solo dan Pekalongan.
Pewarnaan dengan bahan dasar alam yang biasa dibuat berupa pasta
warna biru yang berasal dari olahan daun indigo. Selain warna biru, terdapat
pula pasta dengan warna-warna lain seperti coklat dari hasil rendaman kayu
mahoni, coklat kemerahan dari buah enau, atau hijau dan kuning yang berasal
dari rendaman aneka dedaunan. Namun jumlah produksi pasta warna alami masih
terbatas, karena tidak dibuat secara massal.
Pelangi tidak akan indah jiga tidak memiliki warna begitu
juga dengan kain batik. Jika hanya berupa motif saja tentunya kain batik yang
diciptakan akan menjadi kurang indah. Untuk memberikan nuansa indah tersebut kita
membutuhkan warna dalam kain batik. Macam-macam pewarnaan dalam dabatik sebagai
berikut:
- Medel
pemberian warna biru tua pada kain yang dicap klowongan dan
tembok dengan cara dicelup. Dahulu proses ini menggunakan nila dari daun
indigofera (daun-tom) karena memiliki daya pewarna lambat, maka harus dilakukan
secara berulang. Medel sekarang dilakungan menggunakan zat warna Indigo
synthetis dan naptol.
2. Celupan warna dasar
Batik-batik daerah Pekalongan, cirebon, Banyumas dan lainnya
yang berwarna tidak diwedel naun diganti warna lain seperti violet, merah,
hijau orange dan lainnya. Hal ini agar pewarnaan berikutnya tidak berubah. Zat
warna yang bisa dipakai biasanya memiliki ketahanan yang baik seperti cat
indigosol, Napthol/Indanthreen.
3. Menggadung
Yakni menyiram kain batik dengan larutan zat warna. Tekniknya
dengan menggelar kain kemudian disiram dengan larutan cat. Cara ini menghemat
zat warna namun menjadi agak kurang merata karena pemerataannya dilakukan
dengan menyapunya. Pewarnaan ini sering dilakukan oleh pembatik di Pekalongan
untuk warna pada kain sarung atau buketan
4. Coletan atau dulitan
Yakni pemberian warna dengan kuas atau dilukis dimana bagian
yang diwarnani dibatasi oleh garis lilin. Cat yang biasa digunakan seperti
Rapid dan Indigosol
5. Menyoga
Pemberian warna coklat pada kain batik. Bagi daerah jogja
Solo, ini merupakan pewarnaan terakhir. Zaman dahulu pewarnaan menggunakan
kulit pohon soga. Sekarang banyak digunakan pewarnan seperti Soga Ergan.
Chroom. Kopel Naphtol, indigosol/kombinasii dari zat-zat warna tersebut.
Kenapa anda melihat pelangi itu indah? Mengapa orang tidak senang
melihat film hitam putih? Semua karena warna. Dalam hidup ini kita dapat
mengatakan apakah seuatu indah dengan melihat warna, kita dapat memngenal satu
benda dengan mendefinisikan sebuah warna. Warna memberikan kehidupan ini
menjadi lebih indah. Bayangkan jika semua benda didunia ini gelap tidak
berwarna apa yang kamu rasakan?
Warna merupakan unsur penting dalam kehidupan, begitu juga
dalam batik. Menurut para ahli ada benyak definisi mengenai warna ada yang
mengatakan sebagai teori cahaya, teori struktur kimia, dari segi biologi dan
Phisiologi. Namun di Indonesia terutama y=berkaitan dengan kebudayaan warna
diidentikan dengan ”faham kesaktian”. Dalam bolg ini saya ingin meninjau
pewarnaan batik terutama di Indonesia dan beberapa daerah Jawa. Batik
sebenarnya didasari oleh paham kesaktian seperti halnya warna itu sendiri. Saya
akan mencoba menguraikan secara singkat dengan berbagai macam referensi yang
telah di dapat. Semoga dapat memberikan manfaat, dan jadikan batikmu memiliki
makna dari coretan warna yang diberikan.
Dalam Batik
Akan dijelaskan Tentang beberapa Instrument Penting dalam Pembuatan kain
terutama Batikantara lain :
APA ITU
BATIK ?
KEBUTUHAN LAB :
Kebutuhan
ruangan dalam pembuatan kain tentusaja akan berpengaruh terhadap hasil dan
kualitas kain hal tersebut meliputi :
- Area/tempat workshop yang
memadai
- Setting / desain area
- SDM
- Akses / jejaring
1. Area/tempat workshop yang memadai
•
Meliputi
:
–
Luasan
area ( m2 )
Di sesuaikan dengan rencana / out put yang ingin di capai.
1.
Setting
/ desain area
Desain Ruang Obat / Bumbu Batik
A. Almari
obat / bumbu batik
- tempat penyimpanan obat / zat warna sintetis
- tempat penyimpanan zat warna alam
Desain ruang proses
A. PEMBATIKAN
- Proses
canting tulis
- Proses
canting cap
- Desain
ruang proses
B. PEWARNAAN
- proses
pewarnaan celup
- proses
pewarnaan toled
C. FIKSASI
- pelorodan
- pencucian
- penjemuran
- Desain
ruang sanitasi
A.
Instalasi pengolahan air limbah
- instalasi
limbah pelorodan
- instalasi
limbah proses pewarnaan
2.
SUMBER DAYA MANUSIA - SDM –
•
Mampu
menguasai jenis kain untuk batik
–
Jenis
mori / katun
–
Jenis
sutra
•
Mampu
menguasai tujuan produk
–
Untuk
apa ?
* jarik /
kain panjangkah…
*
pakaiankah….
*
asesoriskah …. ( taplak, selendang, dll )
–
Mampu
menguasai desain motif
•
Manual
•
Komputer
–
Mampu
menguasai proses pembatikan
•
Mengenal
jenis – jenis alat
•
Pelilinan
•
Pewarnaan
•
Sumber
energi yang di pergunakan
3.
Akses / jejaring
Akses
pemasok bahan baku
- Peralatan
- Kain
- Lilin / malam
- Obat / bumbu batik
Akses
pemasaran
- Pameran
- Lembaga / instansi / perusahaan / perorangan
sebagai pengorder.
AKSES
PENDAMPING
- lembaga
- perorangan
( sebagai konsultant )
Akses
jejaring antar lembaga
- INTERN (
Antar Jurusan )
- Pemerintah
> Bappeda
> Dinas
Perindustrian
> dinAs Koperasi
dan UMKM
> Dinas
Pendidikan
> dll
–
Akademisi
/ perguruan tinggi
· Negeri
· Swasta
–
LSM
–
Paguyuban
– paguyuban batik
PELATIHAN- PELATIHAN
Penunjang
- Pelatihan Dasar Management
Meliputi :
A. Pelatihan akuntansi
B. Pelatihan web marketing
C. Pelatihan desain
D. Pelatihan good houskeeping
2. Pelatihan
dasar proses pembatikan
Meliputi :
A. Pelatihan
membatik
- dengan
alat canthing tulis
- dengan
alat canthing cap
B. Pelatihan
pewarnaan
- dengan zat
sintetis
- dengan zat
warna alam
3. Magang
BAGAN /
SKEMA PROSES BATIK
MENGENAL
ALAT PEMBATIKAN
CAP BATIK
bahan
Tembaga
Meja Cap
MEJA GAMBAR / DESAIN
GAWANGAN
BAK CELUP
KENCENG
/ BAK LOROD
MENGENAL
PEMOLAAN MOTIF DAN ISEN – ISEN MOTIF
Contoh Membuat
Motif & Memberi Isen - Isen
Contoh Membuat
Motif &
Memberi Isen - Isen
CONTOH MEMBUAT MOTIF & MEMBERI ISEN - ISEN
MENGENAL JENIS KAIN
Kain yang digunakan untuk batik harus memenuhi persyaratan
teknis antara lain tidak rusak karena pengaruh proses batik, dan dapat diberi
warna pada suhu dingin atau suhu kamar karena lilin batik sebagai perintang
warna tidak tahan suhu panas. Pada umumnya jenis-jenis kain dibuat dari serat
alami
A. Kain kapas
Kain kapas adalah kain yang
terbuat dari serat kapas. Sifat umum kain kapas adalah daya serapnya baik,
tahan terhadap panas, kelenturannya rendah, penghantar panasnya baik. Beberapa
jenis kain kapas yang dapat digunakan sebagai bahan dasar batik yaitu:
1) KAIN MORI
Kain Mori adalah kain tenun
benang kapas hasil olahan pabrik dengan anyaman polos dan diputihkan,
diklasifikasikan menjadi:
A.
Mori Primissima
Termasuk jenis kain mori yang
paling tinggi kualitasnya dengan spesifikasi halus nomor benangnya, tebal
benangnya tinggi, konstruksi anyaman rapat sehingga pegangan kainnya halus dan
padat. Namun demikian kemampuan daya serap kurang. Sehingga untuk meningkatkan
daya serap, saat ini telah diproduksi mori primissima mercerized maupun
sanforized. Di pasaran antara lain dapat ditemukan dengan merek dagang Kereta
Kencana, Crown, Bendera.
B.
Mori Prima
merupakan mori kualitas sedang
dengan spesifikasi nomor benang sedikit lebih kasar, tebal benang labih rendah.
Saat ini juga telah diproduksi mori prima mercerized dengan merek dagang antara
lain Bendera, Gong, Kupu, Ayam Mas, Menjangan.
C.
Mori Biru
Merupakan mori kualitas rendah
dengan spesifikasi nomor benang, tebal benang dan pegangan kain lebih kasar.
Dipasaran dapat dijumpai antara lain dengan merek dagang Cendrawasih, Nanas,
Garuda Dunia.
D.
Mori Voalisima
Kualitasnya sama dengan mori
primissima hanya tebal benangnya lebih rendah.
E.
Berkolin
Kualitasnya sama dengan mori
primissima dan telah diproses mercerized. Di pasaran dapat ditemukan dengan
lebar 90 cm dan 115 cm.
2). KAIN KAPAS GREY
Kain grey adalah kain tenun
benang kapas yang tidak mengalami proses
pemutihan, sehingga warnanya masih
alami. Kain grey dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
A. Kain
Blacu
yaitu kain tenun kapas olahan
pabrik. Dipasaran terdapat kain blacu dengan lebar 90 cm, 115 cm, dan 150 cm.
B. Kain
tenun ATBM
yaitu kain tenun kapas yang dihasilkan dengan menggunakan
alat tenun bukan mesin, diproduksi dengan berbagai variasi ukuran kain dengan
desain struktur anyaman yang dibuat dengan doby. Sebagai bahan batik banyak
digunakan sebagai busana wanita maupun aksesoris.
A.
Kain rayon
Kain rayon
adalah kain benang rayon yaitu serat hasil regenerasi serat selulosa, sifatnya
menyerupai kapas akan tetapi kekuatannya lebih rendah terutama terhadap alkali.
Dalam keadaan basah kekuatan kapas akan bertambah sementara rayon akan
berkurang. Keunggulan kain rayon lebih berkilau dan mempunyai draping atau
sifat menggantung lebih baik. Contoh antar lain kain shantung, kain paris
rayon.
B.
Kaos kapas
Kaos kapas
adalah kain katun hasil rajutan, biasanya dibuat batik dalam bentuk produk kaos
oblong atau T-shirt.
C.
Kain Sutra
Kain sutra
terbuat dari serat protein, yang diperoleh dari sejenis serangga Iepidoptera
dan spesies utama yang dipelihara untuk menghasilkan sutra adalah Bombyx
mori. Serat sutra berbentuk filamen dihasilkan dari larva ulat sutra pada
saat membuat kepompong
Saat ini sutra yang ada di pasaran adalah :
Sutra import
yaitu kain sutra yang ditenun
secara masinal yang dikenal dengan sutra super T54, sutra super T56, Abote,
Organdi, Sifon, sutra kaca kotak, sutra salur yaitu kombinasi anyaman sutra super denan organdi, sutra krepe, sutra kembang batu yang anyaman desain
struktur dengan doby.
Sutra lokal
yaitu kain sutra buatan dalam
negri ditenun dengan ATBM antara lain sutra polos, sutra granitan yang anyaman
desain struktur dengan doby, sutra salur.
Sutra liar,
yaitu sutra yang dibuat dari
serat ulat sutra yang dibudidayakan secara liar. Ulat-ulat sutra ini dibiarkan
hidup di pohon mahoni, jambu mete, kedondong, sehingga makanannya adalah
daun-daun dimana mereka hidup. Jenis serat yang dihasilkan dari ulat yang makanannya
jambu mete atau daun kedondong berwarna kuning keemasan.
Sedangkan serat yang dihasilkan dari ulat yang makanannya daun mahoni berwarna cokelat.
MENGENAL BAHAN JENIS LILIN / MALAM
•
Bahan
yang terkandung dalam lilin / malam antara lain :
- Parafin
- Gondorukem ( getah pinus )
- Mata kucing ( damar )
- Lilin lebah
- Lemak / minyak kelapa
- Malam bekas lorodan
MACAM-MACAM
LILIN ADALAH:
1. Lilin
batik klowong,
Berfungsi sebagai media penerapan ragam hias/desain batik
yang dikerjakan secara ngengreng dan nerusi (bolak-balik pada kedua permukaan
kain), yaitu kerangka motif batik terdiri dari ornamen-ornamen pokok dan
pengisi serta isen-isennya (motif penghias ornamen pokok dan pengisi seperti
cecek, sawut dsb).
Lilin
klowong mempunyai sifat sbb:
1) Mudah encer dan membeku
2) Dapat membuat garis motif yang tajam
3) Daya lekatnya cukup tapi mudah lepas atau remuk
4) Mudah tembus pada kain tapi mudah dilorod
5) Tidak terlalu tahan terhadap alkali
6) Mudah lepas dalam rendaman air
7) Tidak meninggalkan bekas setelah dikerok maupun dilorod
2. Lilin
batik tembokan/popokan,
Berfungsi menutup bagian motif yang akan tetap putih, menutup
dasaran kain agar tetap putih (disebut nembok/mopok), menutup pinggiran pada
kain panjang (seret).
Lilin tembok
mempunyai sifat-sifat sbb :
1) Lama mencair dan cepat membeku
2) Daya lekatnya sangat kuat sehingga tidak mudah
lepas/remuk
3) Mudah meresap pada kain
4) Tahan terhadap larutan alkali
5) Tidak mudah lepas dalam rendaman air
6) Sukar dilorod
7) Tidak meninggalkan bekas setelah dilorod
3. Lilin
batik tutupan/biron,
Berfungsi menutup bagian motif yang akan dipertahankan
warnanya setelah dicelup atau dicolet, menutupi warna biru wedel/biru tua
(mbironi) setelah sebagain lilin dikerok atau dilorod, merining yaitu memberi
efek titik-titik/cecek pada bagian kerangka motif/klowongan.
Lilin batik
tutupan/biron mempunyai sifat:
1) Mudah mencair dan membeku
2) Daya lekat cukup
3) Mudah tembus dalam kain
4) Tidak tahan dalam larutan alkali
5) Mudah dilorod
MENGENAL PROSES PEWARNAAN
•
Pewarnaan
menggunakan zat warna kimia / zat sintetis
•
Pewarnaan
menggunakan zat warna alam
JENIS PEWARNA SINTETIS ( PEWARNA
BATIK )
•
NAPTHOL pewarnaan sistem celup
•
INDIGOSOL pewarnaan sistem celup
dan sistem toled
•
REMASOL pewarnaan sistem celup
dan sistem toled
ADA JENIS
– JENIS YANG LAIN TETAPI JARANG DI
PERGUNAKAN
•
Warna Naphtol ( AS ) macamnya :
AS AS –
D AS – G
AS – BO AS – GR AS – LB
AS – BS AS – KN AS – BR
AS - OL
Pembangkit warna
adalah garam ( diazo )
Jenis Garam :
Biru B Biru
BB Violet
B
Merah B Merah
GG Merah R
Merah 3GL Orange
GC Orange GR
Kuning GC Biru
hijau B Hitam B
Bahan pembantu :
-
TRO - Kaustik Soda
SKEMA SISTEM PEWARNAAN CELUP
ZAT PEWARNA
NAPTHOL ( Resep per liter air )